Orangyang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. 1. Jangan nilai orang dari masa lalunya karena kita semua sudah tidak hidup di sana. 2 kata bijak kehidupan : Semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya.

Berikut ini adalah renungan hari akhir dalam bentuk puisi tentang gambaran hari kiamat atau hari berakhirnya kata-kata renungan singkat dalam puisi religi tentang hari akhir yang dipublikasikan berkas puisiApakah puisi tentang renungan hari akhir bercerita seperti puisi renungan hari akhir yang memuat doa atau berkisah seperti puisi tentang hari akhir yang berakhir dengan lebih jelasnya puisi yang berjudul renungan hari akhir atau bila hari kiamat terjadi disimak saja bait bait puisi religi dibawah renungan hari akhirOleh Bebe Witjaksonojika langit terbelahdan kuburan kuburan dibongkarisinya seperti semburat perutketika bumi diledakkanoleh dinamit made in langitbukan made in Chinalalu rata seperti kertasketika langit digulungoleh tangan kananNYAkemana kita mau lariketika matahari absenkarena dia menghadap kepada Tuhannyagelap semuadan tiba-tiba ia terbit di baratkemana kita berlindunglupakah kita berbekal?perjalanan itu akan sangat panjangdan belum pernah dicatat sejarahsiapkah kita, kamu, aku dan dia?Demikianlah puisi religi dengan judul renungan hari akhir, baca juga contoh puisi religi dan puisi tentang hari kiamat 3 bait dan 4 bait dihalaman lain berkas puisi.
YaumulJaza' yaitu suatu hari ketika semua manusia akan menerima balasan Allah Swt. (Jaza'). Balasan yang diterima seseorang sesuai dengan amalnya selama ia hidup di dunia. Firman Allah: " Pada hari itu tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang telah diusahakannya. Tidak seorang pun dirugikan pada hari tersebut. Kumpulan puisi Antonius Wendy ini memiliki pandangan soal religiusitas, kehidupan, kematian. Kumpulan puisi ini berjudul Yang Layak Masuk Surga, Tangis Tanpa Rupa, Di Depan Altar, Kenapa Aku Dibunuh, Pada Suatu Hari, dan Menjadi Hantu. Karena yang layak masuk surga hanya umat agama yang ini Tuhan pun membuang sebagian besar manusia ke neraka Sehingga jumlah yang hanya sebesar sebongkah bumi Tercatat di mata-Nya sebagai benih-benih yang berkualitas Tapi kemudian Tuhan berkata, “Tidak! Banyak yang sesat!” Karena yang layak masuk surga hanya umat aliran yang ini Tuhan kembali membuang sejumlah penghuni bumi ke neraka Sehingga semakin sempit jalan berkelok menuju keabadian Tapi lagi, “Tidak! Masih banyak yang tidak sesuai Saya!” Karena yang layak masuk surga hanya umat kelompok ini Maka dengan murka Tuhan menendang para umat-Nya Sehingga yang bertahan di surga hanya beberapa saja Tapi pun setelah diperiksa oleh para malaikat, dan ternyata Beberapa orang tersebut memiliki sifat buruk semasa hidup Maka dengan mata merah Tuhan mengusir mereka semua Hingga surga sepi karena tak ada yang layak menghuninya Tangis Tanpa Rupa Pada onggokan daging yang tak lagi bisa dikenali Ada bekas dan jejak-jejak ciuman lembut dari surga Ketika Tuhan menggenggam hati yang hilang bentuk Di antara luka yang telah menorehkan doa-doa jiwa Pada kubangan darah yang menguarkan wangi sunyi Ada malaikat yang bercermin wajah mereka di sana Kemudian menyeka noda kematian dengan airmata Membersihkan jiwa yang kotor dijilat oleh maut Pada tulang-belulang yang diikat oleh rantai rindu Ada sentuhan hangat yang meraba sisa-sisa harapan Untuk pulang menuju cinta yang datang menjemput Bersama pelukan bumi yang melapangkan keabadian Dari kejauhan terdengar suara nyanyian senjata Diiringi lagu ketakutan yang kelam oleh sengsara Secara perlahan cahaya meredup berganti malam Tapi terdengar suara tangis yang entah dari mana Di Depan Altar Aku berjalan terseok-seok ke depan altar yang terang lilin Dengan kaki pincang yang mendentumkan gema sunyi Keheningan bergetar di antara sela-sela bangku yang tidur Dan altar di depanku seolah semakin jauh saja menyambutku Kudengar bisik malam dari jendela yang mengukir penderitaan Seperti mengajakku mengikuti kesengsaraan iman yang tenggelam Kurasakan lilin-lilin api mengikuti jejak airmataku yang jatuh Seolah setiap tetesnya memantulkan gemerlap cahaya yang kabur “Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?” Aku berjongkok Mulutku terbuka tapi banyak lipan merangkak keluar dari sana Aku bersujud memohon dan cacing-cacing keluar dari anusku Dan kuku jariku patah di lantai yang membanting bunyi dingin Seketika aku tersungkur dan mendengar nada suaraku remuk Tapi aku terus memohon dengan bunyi yang sudah tak dikenali Kuangkat wajah ketika airmataku berubah jadi ulat-ulat di muka Dan pakaianku koyak di saat tulang-belulang mencuat bak sayap Kenapa Aku Dibunuh Seorang malaikat datang menjemputku dengan penasaran “Saudara, hidupmu sudah selesai. Mengapa kau dibunuh?” Aku tersenyum padanya dengan mata yang menyala terang Dan terang itu juga yang menyalakan seluruh bentuk jiwaku “Ada yang tidak senang dengan keyakinan saya,” ucapku Muncul seseorang yang sedang khusyuk berdoa di altar Dalam keheningan yang tiba-tiba pecah oleh teriak ngeri Para umat berlarian ketakutan di bawah atap naungan suci “Ada yang tidak senang dengan seksualitas saya,” ucapku Muncul sepasang kekasih yang sedang mesra di ranjang Tiba-tiba pintu dibanting terbuka hingga membentur dinding Keduanya berakhir dalam kolam api diiringi ayat-ayat suci “Ada yang tidak senang dengan kejujuran saya,” ucapku Ketika aku mengutarakan lebih lanjut, ia menutup mulutku “Yang itu tidak perlu dijelaskan,” kata sang malaikat Dan aku balas tersenyum padanya dengan degup harapan Pada Suatu Hari Dengan kepala mata terlihat ada kebencian dan ketakutan Ketika pagi tumbuh dengan matahari yang hitam oleh pitam Embun pun berubah jadi keringat asam dan masam di daun jiwa Dan kicau api membakar doa hingga kata-kata memerah darah Di bawah matahari ada bayang-bayang senjata seperti penis tegak Dan para pahlawan menggunakannya seperti sedang masturbasi Sementara para wanita bersembunyi dari nada musik kematian Tapi anak-anak menyanyikan lagu perang dengan mulut berliuran Dengan kepala penis terasa ada kebodohan dan kebohongan Ketika malam layu di bawah bulan yang pucat dengan cacat Dingin pun menyelimuti sperma dan darah di tubuh tanpa jiwa Dan serak serangga menyayat hati yang tak lagi bisa menangis Di bawah bulan ada mayat-mayat yang dipancung tanpa identitas Dan para bajingan berlomba memburu maut hingga ujung napas Sementara noda tetes darah terakhir jatuh di tengah kegelapan Yang akan menjadi corak kebangkitan ketika hari pasti berganti Menjadi Hantu Aku telah menjadi hantu. Aku diceritakan dengan seram Dan sosokku dijadikan kisah jerit malam di siang buta Dengan cara yang mengerikan aku perlahan menguasai mereka Dalam mimpi ketika tidur atau pun imajinasi ketika melamun Aku memang pernah nyata. Aku dimulai api liar dan biji peluru Lahir dari rahim mayat seorang wanita yang dirobek vaginanya Kemudian aku tumbuh besar di jalanan sambil makan belatung Hingga mati dan dikubur dengan timbunan tinja penuh cacing Aku pun menjadi hantu. Aku membayangi di setiap penjuru Bergentayangan dan bersembunyi dalam bayang dan remang Tapi orang tua mencekoki kisahku pada anak-anak yang lugu Dan tanpa sadar menanamku ke lubuk hati yang masih murni Tapi aku hanyalah hantu. Mereka mengencingi kuburku Sambil menginjak makam para tetua mereka yang terdahulu Karena telah dibutakan oleh amarah pada orang-orang mati Hingga mereka tak sadar bahwa aku telah menguasai mereka 2021 – 2022 Editor Tim Editor Sudutkantin 40Kata Kata Caption Tentang Malam Hari yang Indah - Malam adalah waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit. Malam juga dapat didefinisikan sebagai suatu masa (waktu) di mana sebuah tempat sedang berada pada posisi yang tidak berhadapan dengan matahari, dan oleh karenanya menjadi gelap. Pada saat belahan planet bumi sedang Berkiatandengan kata harapan berikut ini, puisi berjudul harapan terakhiri, bagaimana puisinya untuk lebih jelasnya silahkan disimak saja berikut ini. Puisi Harapan Terakhir Kesepian ini membuatku sekarat Pada hari, minggu, bulan, tahun menjerat Akankah semua berlalu dengan cepat Aku kesepian dalam kesendirian Tak ada yang mengerti ku dalam Untukdibaca surga dan bumi Semoga kau 'kan mengerti Cinta ini suci tak terbagi Hanya kau yang ada dihatiku Mengalir dalam darah dinadiku Merangkai mimpi ditidurku Menjadi ratu di istana cintaku Kau 'kan selalu dihatiku Hingga batas akhir nafas dihidupku Puisi Kesetiaan Beribu waktu telah berlalu Berjuta hari telah berganti Ku masih setia

Daripernikahannya yang kedua, yaitu dengan Marisah, punya anak lagi: Sobron dan Asahan. Tahun 1948 Sobron merantau ke Jakarta. Dalam Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara (2010) karya Tempo, di Jakarta Sobron bertemu dengan Chairil Anwar dan sastrawan lainnya seperti Rivai Apin, Asrul Sani, dan H.B. Jassin.

Bulandimana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do'a kita di ijabah, Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir, Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang, dan untuk menambah khusyu-nya ibadah dibulan yang suci - yang penuh dengan berkah serta ampunan ini, saya pribadi ingin
IQcJT.
  • x4unm8kdfe.pages.dev/975
  • x4unm8kdfe.pages.dev/361
  • x4unm8kdfe.pages.dev/191
  • x4unm8kdfe.pages.dev/865
  • x4unm8kdfe.pages.dev/84
  • x4unm8kdfe.pages.dev/680
  • x4unm8kdfe.pages.dev/478
  • x4unm8kdfe.pages.dev/506
  • x4unm8kdfe.pages.dev/808
  • puisi tentang hari akhir yang berakhir dengan surga