Jakarta - Puasa Senin Kamis adalah salah satu puasa sunah yang sering dikerjakan Rasulullah SAW. Rupanya, ada beberapa alasan Rasullah SAW menjalankan puasa Senin Senin Kamis merupakan puasa sunah yang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. Waktu, adab, dan tata cara puasa Senin Kamis tidak jauh berbeda dengan puasa di bulan suci Ramadhan, seperti dikutip dari Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah oleh Nur keutamaan dan alasan Rasulullah SAW rajin melakukan puasa Senin Rasulullah SAW puasa Senin Kamis1. Hari turunnya Al Qur'anDalam pandangan Rasulullah, puasa Senin dan Kamis merupakan puasa yang punya keutamaan dan dilaksanakan di hari istimewa, seperti dikutip dari buku Dahsyatnya Puasa Sunah Kunci Utama Meraih Sukses Dunia dan Akhirat oleh H. Amirullah dan Hj. Lus Nur'aeni satu hari istimewa tersebut yakni hari turunnya Al Qur'an, yang juga menjadi hari pertama Rasullah SAW menerima wahyu dari Allah Qur'an diturunkan Allah SWT pada manusia melalui tiga tahapan, yaitu dari Allah ke Lauh Mahfudz, lalu ke langit dunia, dan ke Rasullah SAW yang disampaikan berangsur-angsur pada manusia. Beberapa ulama memiliki pendapat berbeda tentang kapan pertama kali Al Qur'an diturunkan. Namun, sebagian besar ulama sepakat Al Qur'an turun pertama kali pada 17 Ramadhan di hari Hari kelahiran Rasulullah SAWRasulullah SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal di tahun Gajah. Berdasarkan penanggalan Masehi, Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 5 Mei 570 M. Rasulullah berpuasa di tiap hari ia dilahirkan, seperti yang disampaikan dalam hadits riwayat Muslim,"Abu Qatadah berkata, "Rasulullah SAW ditanya tentang puasa di hari Senin. Beliau menjawab, "Hari itu aku dilahirkan, dan hari itu aku diutus, serta Al Qur'an diturunkan padaku." HR. Muslim3. Hari amal perbuatan diperiksaRasulullah SAW juga menyambut hari diperiksanya amal perbuatan manusia dengan beribadah sunnah puasa Senin Kamis, seperti disampaikan dalam hadits riwayat Tirmidzi bahwa Rasulullah bersabda,"Amal perbuatan itu diperiksa setiap hari Senin dan Kamis, maka aku suka diperiksa amalku ketika sedang berpuasa." HR. Tirmidzi4. Pintu surga dibuka pada hari Senin dan KamisKeutamaan dan keberkahan hari Senin dan Kamis yaitu dibukanya pintu-pintu surga pada dua hari tersebut. Saat itu, orang-orang mukmid diampuni, kecuali orang mukmin yang sedang bermusuhan. Keutamaan ini terdapat dalam hadits Muslim, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,"Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka,semua hamba yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seorang di antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, 'Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan kedua orang ini sampai keduanya berdamai." mulai rutinkan ibadah puasa Senin Kamis kita seperti Rasullah SAW. Semoga keutamaan dan keberkahannya menghampiri kita, aamiin. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] twu/lus
Rasulullahdan Puasa Asyura. "Puasalah kalian pada hari Asyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Kerjakan puasa dari satu hari sebelumnya sampai satu hari sesudahnya," kata Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam dalam hadits riwayat Ahmad. Puasa Asyura atau puasa pada tanggal 10 Muharram memiliki sejarah yang panjang.
OLEH HASANUL RIZQA Kini, umat Islam sedunia bersuka cita karena kembali menjumpai Ramadhan. Sepanjang bulan yang penuh keberkahan ini, kaum Muslimin diwajibkan berpuasa. Dalilnya adalah Alquran surah al-Baqarah ayat 183, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Firman Allah Ta’ala itu setidaknya mengisyaratkan dua hal. Pertama, shaum memiliki tujuan utama, yakni meningkatkan kualitas takwa. Dengan berpuasa, kaum Muslimin diharapkan semakin menaati perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Apabila amalan tersebut hanya dimaknai sebagai menahan makan dan minum selama belasan jam seharian, sungguh sia-sia belaka. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali rasa lapar dan dahaga.” Isyarat kedua adalah, ibadah shaum ternyata pernah dilakukan orang-orang Mukmin pada zaman silam. Walaupun hidup jauh sebelum masa Rasulullah SAW, mereka merupakan Muslim karena juga menganut tauhid. Mereka meyakini keesaan Allah serta menyembah hanya kepada-Nya. Isyarat kedua adalah, ibadah shaum ternyata pernah dilakukan orang-orang Mukmin pada zaman silam. Walaupun hidup jauh sebelum masa Rasulullah SAW, mereka merupakan Muslim karena juga menganut tauhid. Allah menegaskan dalam surah Yunus ayat 47 bahwa “setiap umat mempunyai rasul.” Berkaitan dengan itu, ibadah puasa yang dijalankan kaum Mukminin pasti merujuk pada syariat yang dibawa utusan-Nya pada kurun waktu tertentu. Itu baik pada masa sebelum maupun sejak dakwah Rasulullah Muhammad SAW. Sebagai contoh adalah Nabi Adam AS. Bersama dengan istrinya, Siti Hawa, ia diturunkan oleh Allah Ta’ala dari surga ke muka bumi. Sebab, keduanya telah tergoda rayuan setan sehingga melanggar perintah-Nya, yakni jangan mendekati Pohon Khuldi. Sebelum diturunkan ke bumi, bapak umat manusia itu berpuasa. Ia dan sang istri juga memohon ampun kepada Allah atas dosa yang telah dilakukannya. Doa mereka diabadikan dalam Alquran surah al-A’raf ayat 23, “Rabbanaa zalamnaaa anfusanaa, wa illam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin.” Artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” Di bumi, Nabi Adam dan Hawa sempat terpisah satu sama lain. Atas izin Allah, keduanya kembali dipertemukan di Padang Arafah. Menurut Ibnu Katsir, Nabi Adam berpuasa selama tiga hari tiap bulan sepanjang tahun. Riwayat lain mengatakan bahwa sang nabi berpuasa tiap tanggal 10 Muharram sebagai ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah atas nikmat berjumpa kembali dengan sang istri. Sebuah pendapat menyebutkan, Nabi Adam berpuasa sehari semalam saat ia diturunkan dari surga. Shiam juga diamalkan Nabi Nuh AS. Ibadah tersebut dilakukan sang rasul pertama ketika berada di tengah umatnya dalam bahtera besar. Di luar kendaraan tersebut, banjir yang amat dahsyat mengepung segenap penjuru. Bencana itu menjadi azab bagi kaum yang dimurkai Allah. Salah seorang yang merasakan musibah itu adalah Kan’an bin Nuh AS. Saat air memancar dari mana-mana dan turun pula hujan badai dari langit dengan amat derasnya, putra sang nabi itu berusaha naik ke perbukitan. Pemuda ini tidak memedulikan ajakan ayahnya yang memintanya untuk segera ikut masuk ke dalam bahtera. Kisah bapak dan anak itu terdapat dalam Alquran surah Hud ayat 42-46. Di akhir cerita, Kan’an tetap menolak imbauan ayahnya sehingga ia termasuk orang-orang yang tenggelam dalam banjir besar. Sebelum anaknya itu hilang dari pandangan, Nabi Nuh sesungguhnya sempat memohon kepada Allah agar sang putra diselamatkan. Namun, Dia berkehendak bahwa Kan’an mendapatkan azab lantaran maksiat dan keingkarannya. Sang nabi kemudian menyadari teguran-Nya itu sehingga berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya” QS Hud 47. Menurut Ibnu Katsir dalam sebuah kitabnya, Nabi Nuh setiap hari berpuasa saat sedang berada di atas perahu besar yang menampung manusia dan hewan-hewan atas izin Allah. Menurut Ibnu Katsir dalam sebuah kitabnya, Nabi Nuh setiap hari berpuasa saat sedang berada di atas perahu besar yang menampung manusia dan hewan-hewan atas izin Allah. Dengan penuh kesabaran, salah seorang rasul Ulul Azmi itu menjalankan perintah Allah. Menukil penjelasan dari Ibnu Majah, Ibnu Katsir mengatakan, shaum yang diamalkan Nabi Nuh itu berlangsung tiap hari selama setahun penuh, kecuali pada dua hari raya. Nabi Ibrahim AS pun akrab dengan ibadah puasa. Leluhur bangsa Arab dan Bani Israil itu diketahui berpuasa ketika Raja Namruz hendak membakarnya hidup-hidup. Eksekusi itu diawali dari keberanian sang nabi dalam menghancurkan berhala-berhala yang disembah raja tersebut dan rakyat di kuil. Begitu menyaksikan keadaan sesembahannya, Namruz amat murka. Kepada siapa lagi tuduhan dialamatkan kalau bukan Ibrahim? Beberapa waktu sebelum kejadian penghancuran berhala, pemuda tersebut sudah berani mendebat Raja Namruz. Dalam sebuah jamuan resmi di istana, penguasa Babilonia Irak Kuno itu bertanya kepada hadirin, siapakah Tuhan mereka. Kompak semuanya menjawab, “Engkaulah Tuhan kami, wahai Namruz!” Hanya Ibrahim yang tidak setuju sehingga mendebat si tuan rumah. Dialog atau perdebatan itu diabadikan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 258. Artinya, “Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah memberinya kerajaan kekuasaan. Ketika Ibrahim berkata, Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,’ ia Namruz berkata, Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia matahari dari barat.’ Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.” Tanpa berlama-lama lagi, Namruz segera menginstruksikan para prajuritnya untuk menangkap Ibrahim AS. Hukuman untuk anak muda yang berjiwa tauhid ini adalah dibakar hidup-hidup. Pemimpin Babilonia itu memerintahkan pengumpulan kayu bakar dari seluruh penjuru negeri. “Bukit kayu” yang menjulang tinggi itu kemudian dibakar. Menjelang dan ketika dilemparkan ke kobaran api besar, Nabi Ibrahim AS dalam keadaaan berpuasa. Allah berkehendak menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Api yang menyala-nyala itu dijadikan-Nya dingin sehingga selamatlah sang Khalilullah. “Kami Allah berfirman, Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!’.” QS al-Anbiya 69. Seorang rasul Ulul Azmi lainnya juga pernah berpuasa. Nabi Musa AS, tutur Ibnu Katsir, melakukan amalan tersebut ketika sedang bermunajat di Bukit Thursina selama 40 malam. Di tempat yang syahdu itulah, saudara Nabi Harun AS tersebut menerima kitab Taurat dari-Nya. Nabi Yusuf AS pun berpuasa. Ibadah itu dilakukannya tatkala menjalani hari-hari dalam masa tahanan. Putra Nabi Ya’qub AS itu dipenjara karena difitnah telah berbuat yang tidak senonoh dengan Zulaikha, istri seorang petinggi Negeri Mesir. Nabi Yunus AS berpuasa ketika berada dalam perut ikan paus. Nabi lainnya, yaitu Syuaib AS, diketahui merutinkan puasa walaupun telah berusia senja. Nabi Ayub AS diuji dengan pelbagai musibah dan penyakit. Sang teladan kesabaran itu menjadikan ibadah puasa sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Daud AS berpuasa secara terpola, yakni selang satu hari berpuasa dan sehari kemudian tidak. Kebiasaan yang diamalkan ayahanda Nabi Sulaiman AS tersebut hingga kini masih dijalankan oleh umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Daud AS berpuasa secara terpola, yakni selang satu hari berpuasa dan sehari kemudian tidak. Kebiasaan yang diamalkan ayahanda Nabi Sulaiman AS tersebut hingga kini masih dijalankan oleh umat Nabi Muhammad SAW. Demikianlah, puasa bukan sebuah ibadah yang baru dikenal pada masa Rasulullah SAW. Jauh sebelum Alquran diturunkan kepada beliau, umat-umat yang bertauhid telah menjalankan shaum sebagai ritual pembersihan diri. Maka bersyukurlah kaum Muslimin karena telah diwajibkan berpuasa kala Ramadhan. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, “Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku pula yang akan membalasnya.” Sebelum Turun Perintah Shaum Dalam bahasa Arab, puasa’ merupakan shaum jamak shiyam. Makna kata tersebut dekat dengan imsak, yang berarti menahan.’ Secara syariat, puasa adalah menahan makan dan minum serta semua yang membatalkannya semenjak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Sebelum Allah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad SAW, tradisi berpuasa sudah ada di tengah masyarakat Arab. Menurut Ulin Nuha Karim dalam artikelnya, “Puasa Umat Islam Sebelum Turun Ayat Kewajiban Puasa Ramadhan”, wahyu yang menerangkan kewajiban shaum Ramadhan turun pada tahun kedua Hijriyah pada bulan Sya’ban. Dengan demikian, ada masa selama 15 tahun kenabian yang di dalamnya tidak terdapat keharusan berpuasa Ramadhan. Sekadar catatan, Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun ke-13 kenabian. Maka, bagaimana ritual puasa yang muncul di tengah umat Islam dalam periode 15 tahun itu? Ulin Nuha menukil pendapat Dr Muhammad Hasan Hitou dalam Fiqhu Shiyam. Menurutnya, pensyariatan puasa pada masa awal Islam dimulai dengan shaum tiga hari setiap bulan. Ketiga hari itu dimulai sejak tanggal 13 dan berakhir pada tanggal 15 per bulan Kamariah—kecuali hari-hari Tasyrik pada Dzulhijjah. Durasi itu tiga hari itu akhirnya dikenal sebagai ayyamul bidh. Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah SAW bersabda, “Puasalah tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya 10 kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang masa” HR Bukhari-Muslim. Selain puasa ayyamul bidh, ada pula puasa Asyura yang dilakukan tiap tanggal 10 Muharram. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar, Nabi SAW pernah memerintahkan para pengikutnya untuk berpuasa pada 10 Muharram. Hal ini berlaku sampai ketika datangnya perintah Allah SWT mengenai puasa Ramadhan. Ulin mengatakan, sebelumnya puasa Asyura itu wajib bagi umat Islam. Namun, sejak turunnya al-Baqarah ayat 183, maka amalan tersebut berubah statusnya menjadi sunah, sedangkan puasa Ramadhan-lah yang wajib. “Demikianlah bahwa sebelum diwajibkannya puasa selama sebulan penuh Ramadhan, Allah telah mengajari umat Nabi Muhammad SAW dengan puasa tiga hari di setiap bulannya dan puasa Asyura. Adapun hikmah yang dapat dipetik adalah bahwa Allah sekali-kali tidaklah membebani manusia kecuali sesuai dengan tingkat kesanggupannya,” tulisnya. Artinya, ada pembiasaan sebelum datangnya keharusan untuk berpuasa satu bulan penuh. Mula-mula, umat terbiasa melakukan shiam tiap pertengahan bulan serta hari Asyura. Maka begitu diwajibkan atasnya berpuasa Ramadhan, mental mereka sudah siap.
wvuGz. x4unm8kdfe.pages.dev/647x4unm8kdfe.pages.dev/400x4unm8kdfe.pages.dev/302x4unm8kdfe.pages.dev/48x4unm8kdfe.pages.dev/22x4unm8kdfe.pages.dev/163x4unm8kdfe.pages.dev/138x4unm8kdfe.pages.dev/541x4unm8kdfe.pages.dev/705
rasulullah pernah mengatakan puasalah kamu supaya